RADAR UPDATE | MAKASSAR — Dikenal sebagai akademisi bergelar doktor manajemen, publik awalnya menilai Calon Wakil Bupati Soppeng, Dr. Hj. Andi Adawiah, bakal mendominasi perdebatan dalam sesi Debat Perdana Pilkada Soppeng, di Hotel Novotel, Makassar, Jumat 8 November 2024, malam.
Namun, ekspektasi yang tinggi itu terdegradasi pasca menyaksikan debat tersebut. Publik mengkhawatirkan tentang kapasitasnya dalam memimpin Soppeng ke depan dan juga kompetensinya yang tak berbanding lurus dengan gelar akademik doktor serta jabatan rektor yang kini diembannya. "Saya tak percaya dengan performa seperti yang ditampilkan Andi Adawiah semalam. Seharusnya, beliau bisa sangat dominan karena secara akademik, dia yang paling mumpuni dari tiga kandidat lainnya. Namun, kita melihat semua bahwa kapasitas dan kompetensinya amat tidak memadai," kata Ashari Rasiman, salah seorang warga di Tettikenrarae, Soppeng.
Saat sesi debat itu, Andi Adawiah memang terlihat amat kewalahan ketika menjawab pertanyaan panelis dan juga dalam sesi tanya jawab antara Paslon.
Saat sesi kedua pertanyaan panelis, Andi Adawiah (Siap Ada) yang ditanyakan mengenai strategi dan kebijakan Paslon No. 1 terkait dengan kendala penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di Soppeng, tanpa diduga menjawab yang tak ada hubungannya dengan sistem yang selama ini dikenal dengan e-government tersebut. "Kami akan mengadakan internet gratis agar lebih banyak orang Soppeng yang menikmati internet. Akan ada lebih banyak titik dimana internet gratis akan diadakan sehingga lebih banyak warga yang menikmati," katanya.
Penjelasan lanjutan Andi Adawiah juga makin membuat pertanyaan tentang SPBE ini menjadi kacau. "Akan ada internet gratis di Taman Juara sehingga lebih banyak pelaku usaha yang bisa menikmati" tambahnya.
Padahal, menurut Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB), Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), atau yang sering disebut sebagai e-Government, adalah sebuah konsep dan upaya pemerintah untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam memberikan pelayanan publik.
Pada sesi ketiga pertanyaan panelis, kapasitas Andi Adawiah juga semakin terlihat titik lemahnya ketika membahas mengenai stunting. Panelis yang bertanya mengenai strategi penanganan stunting, dijawab jauh api dari panggang. Ia memasukkan stunting sebagai golongan anak berkebutuhan khusus. "Sebagai anak berkebutuhan khusus, anak stunting harus diberi perhatian lebih besar," ujarnya.
"Anak stunting sebagai anak berkebutuhan khusus dan anak rentan akan diberi perhatian agar nanti bisa dibina dengan baik. Kita akan memberikan fasilitas kepada anak berkebutuhan khusus ini agar bisa hidup normal," katanya.
Menurut dr. Nadia Nurotul Fuadah dari Alodokter, stunting berbeda dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). "Stunting lebih diartikan sebagai suatu kondisi dimana tinggi badan anak berada di bawah standar, dan jauh lebih pendek dibanding anak seusianya. Sedangkan, ABK merujuk pada anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik dalam fisik, mental-intelektual, ataupun sosio-emosional, yang mempengaruhi secara signifikan proses tumbuh kembangnya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusianya," tulisnya DJ kama Alodokter.
ABK juga mencakup anak-anak dengan gangguan pemusatan perhatian, gangguan spektrumautisme, gangguan kemampuan komunikasi, dan juga kesulitan belajar. "Tidak semua anak dengan stunting merupakan ABK, begitu pula sebaliknya. Stunting terjadi utamanya akibat asupan gizi (terutama protein) yang tidak adekuat di awal-awal kehidupan anak (1000 hari pertama). Selain itu, stunting juga bisa terjadi karena pengaruh infeksi atau penyakit kronis lainnya, pola asuh yang kurang baik, juga masalah lain yang ibu hadapi selama kehamilan, melahirkan, dan menyusui. Sedangkan, ABK terjadi utamanya akibat faktor genetik dan lingkungan," tukasnya. (*)
Publish : OVA-IWO